Oleh : Akhtim Wahyuni
Dekan FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Pandemi covid 19 telah merubah sistem pendidikan dunia tak terkecuali Indonesia. Semua elemen pendidikan harus banting setir untuk beradaptasi dengan keadaan, mulai pembuat kebijakan, sampai pada implementator lapangan. Lembaga Pendidikan sebagai implmentator, sebelum Covid 19 melaksanakan pembelajaran di kelas-kelas kondusif dan menyenangkan. Namun saat ini harus berubah ke media-media electronik yang pasif, monoton, dan membosankan. Pendidik utama beralih dari guru sekolah kepada orang tua, utamanya ‘Ibu’. Ibu dituntut memiliki waktu dan kemampuan khusus mendampingi putra putrinya. Padahal melakukan ini tidak semudah membalik telapak tangan, mengingat transfer of knowledge, attitude, dan skills yang terangkum dalam kurikulum tidak bisa dilakukan dengan belajar instant. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menjadi pilihan saat ini, mau tidak mau memaksa Ibu untuk beradaptasi dengan teknologi sebagai salah satu instrumen pembelajaran. Ibu yang biasanya tak akrab dengan gadget-pun, saaat ini harus terampil untuk memanfaatkannya. Tidak hanya itu, Ibu juga harus menguasai materi pembelajaran jika ada pekerjaan sekolah yang harus diselesaikan anak. Terkadang ada tanya, yang sekolah Ibu atau anak?
Sebelum pandemi Covid 19, peran Ibu dalam mendampingi belajar anak di rumah sudah hal biasa. Umumnya, memang kedekatan anak dengan Ibu lebih kuat dibanding Ayah. Bisa dikata, Ibu adalah guru kedua setelah guru di sekolah. Namun Era pandemi Covid ini seakan berbalik perannya. Ibu menjadi guru utama bagi anak-anak dalam mentransformasi pembelajaran sekolah. Tidak peduli apakah Ibu memiliki kemampuan untuk melakukan itu, atau tidak. Poinnya, Ibu harus bisa. Jika tidak, si anak akan ketinggalan sekolahnya.
Pembelajaran di kelas memang tak tergantikan oleh media apapun, meskipun dengan teknologi super canggih terbitan negara manapun. Tiga (3) ranah pembelajaran; kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak mampu ditransfer oleh alat elektronik gadget, laptop, televisi edukasi, maupun dengan platform pembelajaran yang saat ini sedang booming sejak Covid melanda. Alat-alat itu sudah dikenalkan mulai anak Pra sekolah (PAUD) dan jenjang Pendidikan Dasar. Mereka harus mulai mengakrabina. Tingkat Menengah dan Perguruan Tinggi harus berlari dengan kelas-kelas digitalisasi level lebih tinggi. Hampir tidak lepas dari pandangan mata, semua pebelajar di rumah sibuk dengan media online-nya. Ibu punya peran dan andil besar dalam mengenal sampai mengoperasikan untuk kebutuhan pembelajaran terutama pada anak jenjang PAUD dan Sekolah Dasar.
Tidak berhenti di situ, tugas-tugas sekolah menjadi kerjaan baru Ibu. Setiap ada tugas/PR, Ibu yang sibuk menyiapkan kebutuhannya bahkan sampai mengikuti pembelajaran bersama anak dengan duduk di sampingnya. Mengingat daya konsentrasi anak tidak bisa bertahan lama belajar online dengan platform; zoom, google classroom, What’s up group, dan lainnya. Bisa dibayangkan, betapa banyak dan bertambah beban Ibu saat Covid ini. Selain tugas domestik rutin, tugas publik, juga menjadi ‘peserta didik istimewa’ yang tidak ada presensinya masa ini. Pendek kata, Ibu adalah guru segalanya bagi anak . Tahun ini memasuki tahun kedua pandemic Covid 19, PJJ masih menjadi pilihan terbaik untuk belajar anak. Multitasking Ibu belum selesai, tak salah ‘Pahlawan Pendidikan Era Covid 19’ layak disematkan padanya.
Opini ini, produk tulisan dari pembaca yang dikirim ke Redaksi. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dengan opini ini, itu bukan tanggungjawab pihak Redaksi.
